Pandemi Covid-19 yang melanda lebih dari dua tahun, membuat pelajar tidak mendapatkan layanan pendidikan sebagaimana mestinya. Pembelajaran daring yang dijalankan selama pandemi, sangat berdampak pada perkembangan siswa. Baik keterampilan maupun mentalnya. Terutama bagi siswa SMK.
Kepala SMKN 4 Surakarta Sri Ekowati mengaku, sekolahnya diberi kebebasan mencari rekanan industri sesuai kompetensi dan tujuan sekolah. Kerja sama tersebut menuntut sekolah mengikuti cara kerja, atau materi dari industri melalui sinkronisasi kurikulum.
“Dengan sinkronisasi kurikulum, sekolah dapat meningkatkan kompetensi siswa. Termasuk menyiapkan mental siswa agar setelah lulus siap terjun di DUDI (dunia usaha dan dunia industri). Bukan rahasia lagi, saat ini mental siswa SMK sedikit menurun. Banyak yang belum siap kerja,” ucapnya.
Kepala SMK Jayawisata Surakarta Suprapti menambahkan, pandemi berpengaruh terhadap pembelajaran dan pembentukan karakter siswa. Pembelajaran secara daring selama dua tahun, membuat siswa tidak terbiasa praktik kerja.
“Tiba-tiba masuk sudah kelas XII dan tinggal ujian. Jadi memang pemahaman materi sedikit berbeda dengan adik kelasnya, yang saat ini kelas X. Memang dari awal sudah mengikuti pembelajaran secara tatap muka,” ungkapnya.
Keterserapan lulusan SMK pada dunia kerja, jauh lebih banyak dibandingkan yang meneruskan ke perguruan tinggi. Kini kondisinya semakin membaik pascapendemi. Setelah dibukanya kembali objek wisata dan perhotelan di Kota Bengawan.
“Saat ini sudah cukup membaik. Tempat wisata dan hotel-hotel juga sudah dibuka kembali. Jadi keterserapan siswa kami di dunia industri semakin membaik,” bebernya.
Hasil survei Forum Bursa Kerja Khusus (FK BKK) Surakarta, sekira 1.963 siswa lulusan SMK masuk masa tunggu kerja karena usia di bawah 17 tahun. Sedangkan 1.088 lulusan SMK memilih kuliah, 68 lulusan memilih berwirausaha, dan 85 lulusan memilih mengikuti bursa kerja khusus (BKK).
“Sebanyak 1.479 lulus SMK usianya masih dibawah 18 tahun. Secara lembaga belum boleh bekerja, karena minimal harus 18 tahun. Ini menjadi penyumbang terbanyak angka pengangguran,” sahut Ketua 2 Forum BKK Solo Nono Budiarto.
Nono menjabarkan, banyak lulusan SMK masih menganggur karena terlalu pilih-pilih pekerjaan. Membuat persentase daya serap lulusan SMK minim. Selain itu, mindset orang tua yang tidak mengizinkan anak bekerja jauh dari keluarga.
“Kadang banyak anak-anak yang sudah kami carikan lowongan, malah menolak. Mereka terlalu pilih-pilih. Jadi tidak heran banyak lulusan SMK menganggur,” ungkapnya.
sumber gambar: https://cdns.klimg.com/
sumber artikel: https://radarsolo.jawapos.com/pendidikan/25/04/2023/sinkronisasi-kurikulum-pendidikan-smk-dengan-kebutuhan-dudi/